k
|
isah ini (folklour) merupakan cerita yang beredar dikalangan tertentu masyarakat Buton dan penulis dapatkan dari
DR (HC) La Ode Unga Wathullah, seorang penganut Tassauf, Pengkaji Filsafat dan
Budaya Buton pada tahun 1976 lalu di Makassar. Cerita ini muncul ketika kami
sedang menonton acara Televisi Republik Indonesia yakni masuknya bantuan
Belanda ke Indonesia melalui organisasi IGGI. Dia mengatakan bahwa pada tahun
1948 diperairan pulau Buton telah dilakukan perjanjian rahasia
internasional di atas Kapal Karel Dorman antara utusan khusus Ratu
Belanda Welhelmina dengan utusan khusus Presiden Soekarno dan Sultan
Buton Falihi atau Oputa Yii ba'dhia. Khusus utusan khusus Presiden
Soekarno adalah seorang jenderal bisu. Dikatakan bisu karena selama turun dari
Kapal Belanda Karel Dorman di Bau-Bau menemui Sultan Buton Falihi di Istana
Kesultanan Buton, dia sama sekali tidak mau buka suara, namun hanya memberikan
senyuman dan sekali-sekali muka memandangi ke atas dan kebawah. Kisah
perjanjian rahasia ini hingga saat ini belum dipublikasikan dan hanya diketahui
oleh kalangan tertentu para petinggi dan kerabat dekat kesultanan Buton. Dia
mengatakan bahwa utusan Presiden Soekarno tersebut adalah orang Buton yang
tinggal di jakarta dari kesatuan TNI yang sampai sekarang tidak jelas namanya,
demikian pula utusan khusus Ratu Wilhelmina juga sampai saat
ini belum jelas namanya.
Ketika menjelang akhir kekuasaan Ratu Belanda
Welhelmina tanggal 4 September 1948, sebelum dia menyerahkan pucuk kekuasaannya
kepada anak tunggalnya yang bernama Putri Juliana, dia mengingat kembali akan
janjinya kepada leluhurnya di Buton. Disaat-saat perang berkecamuk antara
tentara Belanda dan para pejuang kemerdekaan di pulau Jawa, maka Ratu
Welhelmina memerintahkan orang kepercayaannya untuk segera diusahakan melakukan
perjanjian dengan Presiden Soekarno dan Sultan Buton Falihi yang berlangsung
secara rahasia di atas kapal Karel Dorman, dimana Soekarno menunjuk seorang
jenderal bisu untuk mewakilinya.
Adapun isi
perjanjian rahasia yang berlangsung di atas kapal Karel Dorman tahun 1948
meliputi :
1.
Pengakuan kedaulatan Negara Republik Indonesia oleh Pemerintahan Kerajaan
Belanda. Simbol janji berupa :pengakuan harus dilakukan di Belanda
antara utusan Presiden Soekarno dan utusan kerajaan Belanda.
2.
Pengakuan kedaulatan irian Barat sebagai daerah kekuasaan Pemerintah
Republik Indonesia. Simbol janji, berupa : sepasang kambing warna putih
laki-laki dan perempuan.
3.
Pengakuan akan membangun negeri Buton menjadi suatu negeri yang penuh
cahaya (negeri makmur dan sentosa).Simbol janji, berupa : tiga buah alat
janji (dalam tulisan ini tidak disebutkan)
Sebagai bukti atas telah
diadakannya perjanjian rahasia di atas kapal Karel Dorman tersebut,
setelah Sultan Falihi turun ke darat dan kembali ke Keraton Buton, dia ditemani
seorang Belanda dengan membawa Lantera berupa lampu gantung
dengan jumlah lampu 12 mata dan setibanya di Keraton Buton Lantera
tersebut langsung digantung di dalam Mesjid Keraton Buton tepat di flapon
tengah-tengah mesjid tersebut yang disaksikan oleh Sultan Buton Falihi dan para
petinggi Istana Kesultanan Buton sebagai pertanda simbolik lambang pesan bahwa
Belanda mempunyai utang dengan negeri Buton yang suatu saat nanti akan
dibayarnya dengan membangun negeri Buton penuh kemegahan (negeri penuh cahaya).
Setahun
kemudian sesudah dilakukan ketiga perjanjian ini, satu diantaranya
telah dipenuhi oleh Belanda, yakni pengakuan kedaulatan negara Indonesia
melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag negeri
Belanda pada tanggal 23 Agustus 1949 s/d 2 November 1949. Dalam KMB tersebut
kecuali penyerahan Irian Barat belum diberikan kepada Indonesia masih menjadi
wilayah dibawah kekuasaan Hindia Belanda karena sesuatu pertimbangan politik
sampai situasi dan kondisi memungkinkan barulah diberikan kepada Indonesia.
Sedangkan pembangunan negeri Buton yang akan dilakukan oleh Belanda sebagai "negeri
penuh cahaya" masih menunggu masa yang ditentukan.
La Ode Unga Wathullah meninggal dunia pada tanggal 24
Juli 2006 di Jakarta dalam usia 90 tahun, satu lagi putra asli negeri Buton
terbaik yang selama hidupnya bergelut sebagai pencinta Filsafat dan Budaya
Buton meninggalkan kita semua. Semoga amal baktinya diterima disisi Allah
Subhana Wata'ala, amin.
Hasil
Konferensi Meja Bundar
Adapun hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilaksanakan di Den Haag Belanda pada tanggal
23 Agustus 1949 s/d 2 November 1949 secara lengkap sebagai berikut :
1.
Seterima
kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat,
kecuali Papua Barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda
menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua Barat negara
terpisah karena perbedaan ethnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai
hal ini. Oleh karena itu, pasal 2 menyebutkan bahwa Papua Barat bukan bagian
dari serah terima ini, bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu
tahun.
2.
Dibentuknya
sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan Monarch Belanda sebagai Kepala
Negara.
3.
Pengambil
alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat sebesar 4,3 milyar
gulden.
Substansi
Penahanan Irian Barat (Papua Barat) dalam KMB...
Bila kita mau mengamati lebih jauh substansial politik
dibalik mengapa Irian Barat ketika pelaksanaan KMB belum juga serta merta
diserahkan oleh Belanda ke dalam daerah kekuasaan Indonesia, karena pada
dasarnya Belanda sebetulnya bermaksud baik kepada Indonesia supaya disuatu saat
yang tepat Irian Barat betul-betul masuk dalam kekuasaan Indonesia tanpa ada
halangan satupun dari pihak-pihak lain. Perlu diketahui bahwa New
Guinea atau Irian Timur jauh jauh hari sebelum pelaksanaan KMB di Den
Haag Belanda sudah menjadi wilayah koloni Australia yang sudah sejak lama
menginginkan Irian Barat masuk dalam wilayah kolono kekuasaannya. Pada konteksi
demikian, Indonesia sangat beresiko bila masalah memperebutkan dan/atau
mempertahankan kedaulatan Irian Barat ini dari kepentingan Australia seandainya
saat itu juga Belanda menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepangkuan Negara
Indonesia. Mengapa demikian, karena angkatan perang Australia ketika itu cukup
kuat karena mereka dibantu oleh sekutunya Amerika Serikat dan Inggeris yang
juga punya minat untuk menguasai Indonesia. Niat imperialisme Amerika Serikat
kepada Indonesia untuk mendapatkan kontrol mutlak atas kekayaan alam dan
sumber-sumber strategis yang dimiliki oleh seluruh wilayah kepulauan di
Indonesia sudah diperlihatkan sejak memauki awal abad IX lalu.
Kondisi strategis Indonesia di saat itu telah Amerika
Serikat perhitungkan sebagai Negara terkaya nomor lima terbesar di Dunia
dibidang sumber-sumber daya alam. Selain sebagai produsen minyak yang nomor lima
terbesar, Indonesia juga mempunyai cadangan-cadangan sumber daya alam berupa :
timah, galena, bauksit, emas, perak, mangan, berlian, fosfat, nikel, tembaga,
besi dan dibidang botani berupa : karet, kopi, minyak kelapa sawit, tembakau,
gula, kelapa, rempah-rempah, kayu, kina yang memiliki potensi yang sangat
besar.
Pada tahun
1939 yang pada waktu itu pemerinatah Belanda di Indonesia masih dipanggil West
Indies Belanda, telah memasok lebih dari separoh dari total komsumsi bahan
mentah yang penting bagi Amerika Serikat. Oleh karena itu Amerika Serikat
sangat hati-hati dalam melakukan peranannya di kawasan Asia Tenggara agar tidak
sampai mengganggu hegemoni politiknya terhadap Indonesia.
Dengan kondisi demikian itu, Hindia Belanda sangat
tahu keadaan ini, sehingga setelah Kemedekaan Bangsa Indonesia diproklamirkan
pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda tetap membuat strategi bagi kelanggengan
kekuasaannya di Indonesia melalui politik pecah belah dengan maksud agar tidak
memberi peluang bagi masuknya Amerika Serikat dan sekutunya untuk menguasai
seluruh potensi sumber daya alam yang terdapat di seluruh kawasan wilayah
Indonesia sampai Belanda memperkirakan Indonesia telah mempunyai suatu kekuatan
ekonomi, politik, pemerintahan dan pertahanan agar mampu mempertahankan diri
sendiri dari serangan Amerika Serikat dan sekutunya dalam rangka mempertahankan
kedaulatan negara Indonesia.
Upaya
Perebutan Irian Barat oleh Tentara Indonesia...
Setelah Bung Karno melaksanakan Dekrit 5 Juli 1959
kemudian dilanjutkan dengan Manifesto Politik Republik Indonesia 17 Agustus
1959 tentang Penemuan Kembali Revolusi Indonesia.
Dengan
memperhitungkan kekuatan-kekuatan Revolusi dan Jiwa semangat rakyat berupa :
·
Pertama. UUD-1945
dan jiwa Revolusi 1945
·
Kedua. Hasil dari
pada segala pikiran dan keringat rakyat sejak tahun 1945 hingga sekarang,
·
Ketiga. Makin
bertumbunya kekuatan ekonomi yang menjadi milik nasional yang sudah melputi 70%
dari seluruh kekuatan ekonomi yang berada di Indonesia,
·
Keempat. Angkatan
perang yang makin lama semakin kuta dan administrasi pemerintahan semakin lama
semakin baik,
·
Kelima. wilalay
kesatuan Republik Indonesia yang kompak unitaristis dan amat luas dan yang
letaknya amat strategis dalam politik dan ekonomi dunia serta jumlah rakyat
sudah mencapai 88 juta orang.
·
Keenam. Kepercayaan
dan keuletan bangsa sendiri yang sudah dibuktikan di zaman yang lampau.
·
Ketujuh. Kekayaan
alam, kekayaan di atas dan kekayaan di dalam bumi tak ada bandingnya di seluruh
dunia ini dan tak ada tandingnya didelapan penjuru angin.
Berdasarkan ketujuh kekuatan revolusi Indonesia itu
disusunlah rencana untuk melawan Imperialisme Belanda di Irian Barat (Papua
Barat). Dalam Manifesto Politik jelas dikatakan ; bahwa kita melawan
imperialisme Belanda karena imperialisme ini menjajah Irian Barat. Jelas juga
dikatakan bahwa pengambilalihan perusahaan-perusahaan Belanda dalam rangka
perjuangan pembebasan Irian Barat adalah suatu langkah strategis yang amat
penting sekali. Tetapi belum semua modal Belanda diambil alih, belum semua
perusahaan milik Belanda dinasionalisir, padahal sikap Belanda untuk Irian
Barat tetap membandel. Jika mereka dalam persoalan klaim nasional kita, tetap
berkepala batu, maka semua modal Belanda, termasuk yang berada di
perusahaan-perusahaan campuran akan habis tamat riwayatnya sama sekali di
"bumi Indonesia".
Bersamaan dengan semangat penemuan kembali Revolusi
Indonesia, mulai tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Jogyakarta, Presiden
Soekarno mengeluarkan suatu komando yang dikenal dengan nama Tri Komando Rakyat
(TRIKORA), dengan tuntutan sebagai berikut :
1.
Gagalkan
pembentukan negara boneka Papua Belanda Kolonial,
2.
Kibarkan
bendera Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia,
3.
Bersiaplah
untuk mobilisasi umum dalam rangka memprtahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah
air dan bangsa.
Sebagai langkah awal, tanggal 2 Januari 1962
dibentuklah Komando Operasi Mandala yang bertugas sebagai perencanaan operasi
militer ke Irian Barat, dan pada tahun 1963 Irian Barat dikuasai oleh
Indonesia. Dalam konteks pengarahan kekuatan militer melalui komando TRIKORA
yang dikumandangkan tahun 1963 inilah membuat ambigius rencana imperialisme
Amerika Serikat dan sekutunya ke Indonesia semakin melorot dan sudah tidak
berani lagi.
Alat janji
di Bawah ke Irian Barat...
Pada fase infiltrasi akhir
tahun 1962, Presiden Soekarno memanggil seorang putra asli Buton dari asal desa
Liya kepulauan Wang-Wangi yang terletak dibagian timur pulau Buton. Dia bernama La
Ode Madhimuru yang diperintahkan oleh Soekarno untuk segera membawa
alat janji Belanda, sesuai dengan kesepakatan pada butir dua perjanjian rahasia
di atas Kapal Karel Dorman tahun 1948 tersebut, yaitu berupa 1 ekor kambing
laki-laki warna putih dan 1 ekor kambing perempuan warna putih. kedua
kambing inilah yang diperintahkan oleh Presiden Soekarno kepada La Ode
Madhimuruuntuk segera membwanya dari jakarta menuju maluku. Dengan
menumpang kapal perang, La Ode Madhimuru membawa kedua ekor kambing tersebut
dan setibanya di Maluku, dia turun dikawasan pulau Aru perbatasan Irian Barat.
Dari kepualaun inilah La Ode Madhimuru serta dibantu oleh masyarakat lokal
dengan menggunakan keahliannya dia bisa menghilang secara ghaib dan kebal
tidak bisa dimakan senjata api, dia membawa dua ekor kambing putih tersebut
masuk ke wilayah Irian Barat tanpa bisa diteteksi oleh radar atau intelijen
Belanda dan langsung menyusup kedalam kantor pembesar Belanda (controler).
Tepat pada fase serangan terbuka awal tahun 1963, La
Ode madhimuru melepas sepasang kambing putih laki-laki dan perempuan di depan
kantor pembesar Belanda (controler) di Irian Barat dan seketika depan kantor
mulai ribut menyaksikan dua ekor kambing tersebut lalu pembesar Belanda
(controler) keluar melihat langsung sepasang kambing putih tersebut dan
alangkah terkejutnya sang pembesar itu. Sang pembesar Belanda itu telah melihat alat
janji yang telah disepakati di atas kapal Karel Dorman dan langsung
memanggil semua penasehatnya dan mengatakan : ..."Tammatlah
sudah kekuasaan kita..., janji kita sudah ditagih oleh Buton..., kita sudah
harus melepaskan Irian Barat kepangkuan Bangsa Indonesia..." Akhirnya
pembesar Belanda tersebut memerintahkan kepada semua angkatan perangnya untuk
tidak lagi membuat perlawanan kepada serangan tentara Indonesia di Irian Barat
dan mulai saat itu mempersiapkan penarikan pasukan angkatan perang mereka untuk
secara bertahap kembali ke Belanda.
Demikianlah cerita ini dikisahkan langsung oleh La
Ode Madhimurukepada penulis blog ini di rumahnya ketika penulis berkunjung
di Bandung pada tahun 1987 lalu dalam rangka sesuatu urusan penulis untuk
integrasi di Institut Tekhnologi Bandung. La Ode Madhimuru, memiliki 3 orang
istri dan terakhir bekerja sebagai kepala sekurity pada kantor cabang Bank
Indonesia Bandung dan telah meninggal dunia pada tahun 1993 dalam usia 83 tahun.
satu lagi putra asli daerah Buton kesayangan Soekarno meninggalkan kita semua,
semoga semua amal kebaikannya dalam mengorbankan diri untuk mendapatkan Irian
Barat masuk dalam kesatuan negara Republik Indonesia senantiasa mendapat
rodho dari sang pencipta, amin.
Buton Negeri
Penuh Cahaya...
Tinggal satu perjanjian lagi yang ditunggu-tunggu dan
dinantikan oleh segenap para tetua, para sara, para sesepuh, keturunan, pewaris
masyarakat negeri Buton yang mengetahui kisah rahasia ini, yakni berupa janji Belanda
untuk memakmurkan Buton (wolio) menjadi sebuah negeri penuh cahaya. Bisa kita
bayangkan..., negeri macam apa nantinya Buton ini bila janji Belanda ini sustu
saat nanti dapat dipenuhinya; bisa dibilang mungkin negeri Buton merupakan
negeri paling makmur di kawasan Asia bahkan dunia sekalipun. Kata leluhur..,
hitung-hitung harta pulau Buton masih jauh lebih banyak dari pada Brunai
Darussalam.
Dalam bahasa Buton (bahasa Liya) disebutkan : Tesara
nuwolio kumonta janji uwalanda ;..."mbeae amosio adosa uwalanda kua sara
wolio hitu tapi aharta usiwulukano ara aka nobangune atogo nu wolio (butuni) no
dhumari uwana umanusia ucahaya". (artinya : tidak akan habis
utang Belanda kepada negeri Buton sebanyak tujuh lapis keturunannya jika mereka
belum membangun negeri Wolio (Buton) menjadi negeri makmur sentosa atau
negeri penuh cahaya).
Dari mana Belanda mendapatkan sumber dana untuk
membiayai negeri Buton?. Tentu tak lain adalah dari sumber daya alam yang
dimiliki oleh pulau Buton itu sendiri. Pada tahun 1768 telah dilakukan
pengukuran geologi potensi sumber daya mineral pulau Buton oleh ahli dari
Belanda dimana hasil pemetaan pengukuran ini ada tersimpan di Leiden
Belanda. Semua harta yang terpendam didalam tanah pulau Buton sesuai
dengan kesepakatan masa lampau hanya dapat digarap oleh Belanda dan Cina
Tibet pada orang-orang tertentu yang memiliki simbol kode yang dapat dilihat
langsung pada pelipisnya. Oleh karena itu, sudah tibalah saat yang
dinanti-nantikan itu, dengan waktu tidak begitu lama lagi Insya Allah, atas
izin dan ridho tuhan yang mana esa, sang hieng widi, batara guru, janji Belanda
ini akan segera terwujud, dengan melalui tanda-tanda alam secara simbolik
berupa :"matahari bersinar warna hijau".
Sudah saatnya para pemuka adat Buton untuk merapatkan
barisan..., perkuat sistem adatmu..., tegakkan sistem saramu..., tegakkan
kembali adat Butuni mautil jam'ah!. Mulailah persiapkan alat-alat janji yang
ketiga itu, sebab mungkin tidak lama lagi meraka Belanda datang beserta
bangsa-bangsa lain membawa amanah janji yang diiringi oleh 12 bendera
bangsa-bangsa di dunia sesuai dengan jumlah mata lampu pada Lantera yang
tergantung dalam flapond tengah-tengah mesjid Keraton Buton yang bisa kita
jumpai saat ini, dengan syarat harus sara wolio mampu memperlihatkan simbolisasi
3 buah janji yang sudah disepakati di atas kapal Karel Dorman tersebut. Oleh
karena itu pada akhirnya saat ini seluruh kekuatan masyarakat Buton harus
segera mendesak pemerintah daerah untuk segera bentuk Lembaga Adat Buton
beserta intrumennya serta segera bentuk kembali susunan Sa'ra sehingga buton
bisa kembali bangkit dengan budayanya. Bila perlu sinyal-sinyal ini pemerintah
daerah segera bergaining untuk mengusulkan ke pemerintah pusat agar wilayah
Keraton Wolia dan sekitarnya dijadikan Daerah Khusus Istimewa, kertan hanya
dengan demikian kita memiliki legitimasi untuk menopang eksistensi Lembaga Adat
dan sistem Sarana Wolio. Dalam kaitan ini mengingat konstelasi kejayaan
kebutonan hingga saat ini belum ada satupun pemimpin (para Bupati, para Wali
Kota) yang mampu mengangkat hal itu, maka sudah saatnya dalam Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Buton masa bakti 2011-2016, pilihlah pemimpin yang memiliki
potensi yang bisa merubah wajah Buton kembali jaya sesuai zamannya.
Pada akhirnya akan timbul pertanyaan :
..."Benarkah semua kisah ini?. ...Benarkah bahwa pada tahun 1948 pernah
dilakukan perjanjian rahasia di atas Kapal Karel Dorman antara Sultan Buton,
Utusan Presiden Soekarno dan Utusan Ratu Wilhelmina?. ..."Benarkah bahwa
masuknya Belanda aabad XVI di Indonesia atas permintaan Sultan Buton atas
pemerintahan Kerajaan Belanda, dengan mempertimbangkan bahwa para kerajaan
besar yang terdapat di pulau Jawa seperti : Majapahit, Air Langga, Singosari,
Mataram dlsb tidak mampu merpersatukan wilayah nusantara dari sabang sampai
marauke secara utuh?. ..."Benarkah Soekarno itu masih berdarah Buton,
sehingga dia selalu ada ikatan emosional dengan Sultan Buton?.
Olehnya itu untuk menguak fakta-fakta akurat dibalik
makna substansi kisah ini, masih diperlukan penelitian lebih lanjut secara
mendalam yang dilakukan oleh para ahli antropologi budaya, para arkiologis,
para sejarawan dan para sosiologi kontemporer. Hasil penelitian
diharapkan dapat mengungkapkan tabir kisah ini, sehingga masyarakat Indonesia
dan masyarakat Internasional dapat mengetahui kebesaran pulau Buton pada
zamannya.****
Artikel Rujukan: Ali Habiu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar